![]() |
corbis.com |
Pada kompetisi yang dihelat 13 April lalu di New Orleans ini, UGM diwakili Afni Fitriana, Aprilita Kusumawardhani, Avelia Genetika Indriani, Gaung Ranggatama, dan Haritsah Setya N A, Mereka mengajukan produk yang diberi label SAE, Soy-Rice Porridge.
SAE merupakan produk makanan (bubur) yang dikembangkan untuk anak balita usia 1-3 tahun. Menurut pengakuan juri, mereka layak meraih juara II karena mengunakan produk lokal yaitu beras.
“Produk ini memiliki kandungan zat besi yang lebih tinggi dibanding produk lainnya karena diolah dari poorboiled rice yang memiliki kandungan zat besi 40 persen lebih tinggi dibanding beras biasa,” kata Aprilita.
Poorboiled rice merupakan beras biasa yang sebelumnya telah mengalami sejumlah perlakuan. Pertama, gabah direndam selama 24 jam, selanjutnya dikukus selama kurang lebih 30 menit. Setelah dikukus kemudian gabah dikeringkan lalu digiling satu kali. Dari hasil gilingan tersebut diperoleh poorboiled.
“Kami menggunakan padi IR 64 karena memiliki kandungan zat besi yang tinggi daripada varietas yang lain,” imbuhnya.
Untuk membuat SAE, selain menggunakan poorboiled rice juga memakai kedelai, bekatul kukus, minyak kedelai, minyak sawit, serta gula. Seluruh bahan disatukan, dimasak selama 20 menit hingga diperoleh padatan SAE. Selanjutnya padatan tersebut dihancurkan dan diayak sehingga diperoleh tepung SAE.
Produk yang meereka kembangkan mampu memenuhi setengah angka kebutuhan gizi (AKG) zat besi yang dibutuhkan oleh balita yaitu 8 mg per hari. Dalam satu kali saji, 74 gram dapat memenuhi 50 persen kebutuhan akan zat besi, 55 persen protein, dan 30 persen kalori. Satu kemasan SAE dikemas dengan berat 120 gram.
Sumber